Identifikasi Penyebab Gerakan Tutup Mulut pada Bayi dan Anak yang Sering Terlewatkan

10 Nov 2021
dr. Melati Arum Satiti, Sp.A., M.Sc.
Kesehatan
About 4 minutes
429 views
banner

Sebuah penelitian melaporkan kurang lebih 25% populasi balita memiliki masalah gerakan tutup mulut (GTM) atau food refusal. Dalam kondisi yang berat dan berkepanjangan, GTM dapat menyebabkan anak mengalami kekurangan nutrisi berat yang berujung pada stunting. Tentunya masalah GTM ini menjadi momok bagi orang tua terutama bila terjadi pada masa golden period.

Perlu diketahui bahwa proses makan pada anak berkaitan erat dengan hubungan anak dan yang merawat. Sehingga, pemberian makan sebaiknya dilakukan oleh orang yang paling dekat atau dipercaya, dalam hal ini biasanya orang tua. Anak memiliki kekuasan mengatur porsi dan selera makan. Sedangkan, orang tua memliki kekuasaan mengatur apa yang dimakan, kapan proses makan dan lokasi proses makan berlangsung.

Gambar 1 Gambar 1. Ekspresi ketidaksukaan anak terhadap makanan tertentu

Orang tua harus lihai dalam menyiapkan makanan yang menggugah selera dengan porsi sesuai kebutuhan tumbuh kembang anak. Karena kesuksesan proses makan sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Berikut ini adalah beberapa kemungkinan penyebab GTM pada anak.

Reaksi sensorik yang berlebihan

Anak menolak makanan dapat disebabkan karena reaksi sensorik yang berlebihan terhadap rasa, tekstur, suhu, bau atau penampilan. Dalam hal ini, orang tua harus pandai mengidentifikasi rasa, tekstur, suhu, bau atau penampilan makanan yang sesuai dengan kondisi sensori anak. Reaksi penolakan atau ketidaksukaan biasanya akan langsung terlihat setelah suapan pertama.

Pemilih makanan

Penyebab anak–anak menjadi pemilih makanan biasanya berhubungan dengan kondisi sensori masing–masing. Namun pada kasus tertentu, beberapa makanan dapat memicu peningkatan asam lambung sehingga membuat rasa tidak nyaman sampai dengan nyeri pada saluran pencernaan. Respon lain yang dapat ditemukan adalah gumoh, muntah sampai dengan menangis.

Pada kasus lain, terdapat reaksi alergi terhadap makanan tertentu. Sebagai contoh seorang anak merasa gatal pada bibir atau rongga mulut setelah makan stroberi. Anak yang belum bisa bicara biasanya akan menangis atau menggosok–gosok area yang gatal setelah memakan. Bila memori anak sudah berkembang, maka respon penolakan akan terlihat sejak awal makanan ditawarkan.

Penurunan selera makan

Penyebab tersering penurunan selera makan adalah kondisi badan anak yang sedang sakit, efek samping obat atau kekurangan mikronutrient tertentu. Penurunan selera makan juga ditemukan pada anak dalam kondisi stress psikologis. Penurunan selera makan biasanya akan menunjukkan reaksi penolakan sejak awal makanan ditawarkan.

Gangguan kesehatan rongga mulut

Proses makan berawal di rongga mulut sehingga menjaga kesehatan rongga mulut sangatlah penting. Gangguan kesehatan rongga mulut yang dapat ditemukan pada anak adalah gigi berlubang, radang gusi dan sariawan. Penyebab tersering GTM pada kasus ini adalah nyeri sehingga anak biasanya menolak makan sejak awal makanan ditawarkan.

Gambar 2 Gambar 2. Lip tie (a) dan tongue tie (b)

Gangguan anatomi organ

Contoh gangguan organ yang berhubungan dengan proses makan adalah tongue–tie dan lip–tie (Gambar 2). Kondisi tersebut dapat menyebabkan makanan sering “dilepeh”, “diemut” dan biasanya waktu yang lama untuk makan. Kondisi tersebut seringnya dibarengi dengan bicara yang tidak jelas.

Faktor lingkungan

Faktor lingkungan ini berhubungan erat dengan suasana hati saat proses makan. Disarankan untuk membuat lingkungan yang tenang, tanpa tekanan maupun gangguan saat proses makan. Lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan anak mengalami trauma sehingga makanan sering “dilepeh”, “diemut” dan butuh waktu yang lama untuk makan.

Semoga tulisan ini dapat membantu orang tua memberi sedikit gambaran mengenai penyebab GTM pada bayi dan anak. Identifikasi penyebab GTM dengan cepat diharapkan dapat membantu orang tua membuat keputusan kapan harus menemui DSA. Selain itu mengetahui penyebab GTM dapat menurunkan angka kekhawatiran orang tua.

Referensi

  1. Phalen JA. Managing feeding problems and feeding disorders. Peds in Rev. 2013;34:549–57. Doi: 10.1542/pir.34-12-549
  2. Moding KJ, Stifter CA. Does temperament underlie infant novel food responses?: continuity of approach–withdrawal from 6 to 18 months. Child Dev. 2018;89:e444–58. Doi: 10.1111/cdev.12902
  3. Yang HR. How to approach feeding difficulties in young children. Korean J Pediatr. 2017;60:379–84. Doi: 10.3345/kjp.2017.60.12.379
  4. Williams KE, Field DG, Seiverling L. Food refusal in children: A review of literature. Res Dev Disabil. 2010;31:625–33. Doi: 10.1016/j.ridd.2010.01.001
  5. Cosmi VD, Scaglioni S, Agostoni C. Early taste experience and later food choices. Nutrients. 2017;9:107. Doi: 10.3390/nu9020107
  6. Baxter R, Hughes L. Speech and feeding improvements in children after posterior tongue–tie release: a case series. Int J Clin Pediatr Dent. 2018;7:29–35.
  7. Baxter R, Merkel–Walsh R, Baxter BS, Lashley A, Rendell NR. Functional improvements of speech, feeding and sleep after lingual frenectomy tongue–tie release: a prospective cohort study. Clin Pediatr. 2020;59:885–92.

Reading is a process of acquiring knowledge through writings, while writing is a process of combining knowledge to create readings.

- dr. Melati Arum Satiti, Sp.A, M.Sc -