Arti Ulang Tahun Bagi Melati sebagai Highly Sensitive Person

28 Mar 2022
dr. Melati Arum Satiti, Sp.A., M.Sc.
Pengalaman
About 3 minutes
180 views
banner

Perayaan ulang tahun selalu identik dengan keramaian dan sesi foto untuk merekam memori. Melati kecil hanya memiliki sedikit foto karena dia tidak menyukai kilatan cahaya dari kamera. Hal yang mungkin disukai Melati kecil dalam perayaan ulang tahun adalah acara tiup lilin, kue dan hadiahnya.

Perayaan ulang tahun secara besar–besaran merupakan adalah hal yang popular di kalangan teman–teman Melati saat remaja. Dengan sedikit memaksa, Melati remaja meminta kepada orang tua untuk merayakan ulang tahun seperti teman–temannya untuk mendapatkan pengakuan dikalangan remaja yang populer.

Namun, sepertinya masa itu tidak terlalu membahagiakan karena Melati tidak terlalu ingat seperti apa pestanya. Album foto pun tidak pernah disentuh dan tidak ada yang tahu keberadaanya. Hanya perasaan malu yang tersisa karena uang untuk pesta seharusnya bisa dialihkan untuk hal lain yang lebih berguna.

Melati besar tinggal jauh dari keluarga untuk menuntut ilmu, bekerja setelah lulus kuliah kemudian. Perayaan ulang tahun semakin jarang dilakukan karena kesibukan. Bila waktu memungkinkan, Melati besar makan bersama orang terdekat. Namun ucapan melalui video call atau pesan singkat tidak pernah terlupakan.

Setiap tahunnya, Melati besar lebih sering menghabiskan waktu bertanya kenapa sejak dulu dia tidak seperti orang–orang sebayanya. Memiliki pola berpikir berbeda tetapi tidak dapat bersuara. Lebih tertarik dengan topik–topik yang berat seperti orang tua. Beranggapan bahwa semua orang itu baik sehingga dengan mudah memberikan kepercayaannya. Terlalu memikirkan orang lain tanpa memperhatikan kebutuhannya.

Melati sangat tidak pandai berbasa–basi, sehingga lebih memilih untuk diam atau menjaga jarak terhadap orang–orang yang negatif. Selain itu tidak pandai berbohong sehingga lebih memilih bersikap apa adanya. Merasa cepat kehabisan energi bila terlalu lama bersosialisasi sehingga butuh waktu sendiri. Lebih suka menghabiskan waktu dirumah atau dengan orang terdekat.

Orang–orang sekitar menginginkan Melati besar untuk berubah yang berujung pada kelelahan fisik dan mental. Pada saat itu, dia tidak pernah menyangka bahwa kehidupan akan memberikannya pelajaran yang sangat berharga. Dia akan bertemu dengan orang–orang yang dapat memberikan keyakinan bahwa tidak ada yang salah dengan dirinya. Dan terus bersahabat walaupun terpisah oleh jarak, waktu dan perbedaan kultur.

Melati besar juga akan bertemu dengan orang–orang yang memanfaatkan kebaikan dan kepercayaannya. Beberapa kali dijadikan kambing hitam demi menyelamatkan diri mereka sendiri. Kepercayaan dirinya akan dihancurkan sampai dia percaya bahwa dia tidak bisa apa–apa dan ide–idenya pun dicuri. Melati besar akan berada dititik terendah di dalam hidupnya dan tidak ada yang menolongnya selain dirinya sendiri.

Melati dewasa akhirnya lahir dari dari pengalaman–pengalaman hidup yang didapatkannya. Dia telah berdamai dengan diri sendiri sehingga tidak perlu berubah untuk mendapatkan pengakuan orang lain. Kebahagiaan sejati datang dari diri sendiri sehingga memiliki kemandirian fisik, mental, spiritual dan finansial merupakan berkah yang tidak ternilai. Dia hanya memberikan waktu dan pikiran kepada orang yang dia percaya.

Melati dewasa berterima kasih kepada orang–orang yang tidak menolongnya karena secara tidak langsung membuat dia menyadari bahwa dia jauh lebih kuat dari yang dia bayangkan. Dia sudah memaafkan dirinya sendiri karena telah membiarkan orang lain menyakitinya. Sekarang, dia percaya bahwa dia bisa memberikan manfaat kepada orang lain dengan kemampuannya.

Melati dewasa lebih banyak menghabiskan waktu untuk introspeksi diri di hari ulang tahunnya. Lebih banyak bersyukur atas apa yang dia punya karena masing–masing orang sudah ada rejekinya. Bila rejekinya diambil, maka akan diganti dikemudian hari. Sudah berhenti menenggelamkan diri dalam kesedihan dan penyesalan karena pasti ada penjelasan atas semua hal baik dan buruk yang sudah terjadi.

Reading is a process of acquiring knowledge through writings, while writing is a process of combining knowledge to create readings.

- dr. Melati Arum Satiti, Sp.A, M.Sc -