Salah satu pertanyaan yang sering muncul dalam kunjungan dokter spesialis anak adalah “Apakah bayi saya boleh diberikan obat bila sedang sakit?”. Bayi sudah pernah terpapar dengan obat–obatan sejak dalam kandungan. Namun terdapat beberapa alasan kenapa pemberian obat pada bayi penuh dengan pertimbangan.

Gambar 1. Seorang bayi laki-laki tampat tidak senang saat memegang kardus obat.
Organ-organ dalam tubuh bayi belum matang
Bayi dilahirkan dengan organ–organ yang belum matang. Mulai dari saluran pencernaan yang memiliki penyerapan yang lambat sampai dengan hati yang belum dapat melakukan metabolisme obat dengan sempurna. Kondisi ini dapat menyebabkan bayi memiliki reaksi obat yang lebih berat. Oleh karena itu, pemberian obat harus sesuai dengan dosis yang dapat ditoleransi oleh bayi.
Jumlah penelitian dengan populasi bayi sangat terbatas
Sampai saat ini, jumlah penelitian dengan populasi bayi masih sangat terbatas terutama untuk uji coba obat–obatan. Hal ini dikarenakan hanya sedikit orang tua yang bersedia mendaftarkan bayi nya sebagai peserta penelitian. Terutama bila penelitian tersebut mengharuskan orang tua untuk berpisah dari bayi untuk jangka waktu tertentu.
Penelitian juga sulit dilakukan karena peraturan yang sangat ketat khususnya pada populasi bayi. Kondisi organ–organ yang belum matang membuat bayi harus mendapatkan pemantauan khusus sehingga membutuhkan biaya yang lebih besar. Efek samping obat–obatan tidak dapat diketahui secara pastibila belum melalui penelitian pada manusia.
Pemberian obat pada bayi sulit dilakukan
Reflek menghisap masih dominan pada bayi sehingga obat–obatan harus dalam cairan supaya dapat melewati rongga mulut. Namun tidak semua obat tersedia dalam bentuk cairan sehingga pilihan obat–obatan pada bayi lebih terbatas. Beberapa obat akan berkurang efektifitasnya bila dirubah dalam bentuk puyer.
Selain itu, banyak obat yang memiliki rasa pahit sehingga sering dimuntahkan oleh bayi. Hal ini menyebabkan proses pemberian obat menjadi situasi yang penuh tekanan bagi orang tua maupun bayi. Pada akhirnya, lingkungan yang penuh tekanan akan memperlambat proses pemulihan bayi yang sedang sakit.
Pada dasarnya, pemberian obat pada bayi yang sedang sakit boleh dilakukan asalkan sesuai dengan indikasi atau kebutuhan. Pemberian dosis obat juga harus sesuai dengan rekomendasi. Dan, walapun terdapat aturan pakai dalam kemasan obat, sebaiknya tetap berkonsultasi dengan DSA sebelum pemberian obat. Semoga tulisan singkat ini dapat memberikan pencerahan bagi para orang tua.
Referensi
- Tayman C, Rayyan M, Allegaert K. Neonatal pharmacology:extensive interindividual variability despite limited size. J Pediatr Pharmacol Ther. 2011;16:170–84. Dapat diakses di: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3292528/
- Lawrence CK, Smith PB. Dosing in neonates: special consideration in physiology and trial design. Pediatr Res. 2015;77:2–9. Dapat diakses di : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4268272/
- Farst KJ, Valentine JL, Hall RW. Drug testing for newborn exposure to elicit substances in pregnancy: pitfalls and pearls. Int J Pediatr. 2011;951616. Dapat diakses di : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3139193/